Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Sorong menggelar kegiatan orientasi bagi kader tim pendamping keluarga dalam rangka percepatan penurunan stunting di kabupaten Sorong yang dilaksanakan ke tingkat distrik, diwakili oleh 4 distrik yaitu distrik aimas, Mariat, Mayamuk dan Salawati, dimana program ini memiliki sasaran untuk 32 distrik dan 252 kampung dan kelurahan yang akan dilakukan secara berjenjang.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Sorong, Feri Fatem menjelaskan dengan ditunjuknya BKKBN sebagai koordinator dalam pelaksanaan penanganan penurunan stunting di Indonesia, maka penurunan stunting ini menjadi program nasional sehingga tugas didaerah membentuk tim yang akan bekerja memantau pengendalian masalah stunting.
” Kami diseluruh Indonesia melaksanakan itu ini adalah program nasional sesuai dengan oleh instruksi Bapak Presiden, dengan tim yang telah dibentuk di 4 distrik juga 252 kampung, di setiap kampung itu ada 3 orang, terdiri dari 1 PKK kampung, 1 bidan kampung dan satunya adalah kader pendamping keluarga atau kader KB” kata Feri Fatem.
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk Penyuluhan dan Penggerakan Dinas DP2KBP3A Kabupaten Sorong, Jeni Pendek mengatakan kegiatan yang diikuti dari 4 distrik ini melibatkan 129 peserta, tujuan pelaksanaan orientasi ini kata Jeni Pendek dalam rangka meningkatkan SDM bagi kader pendamping keluarga sehingga kader tim pendamping keluarga memiliki bekal ilmu dan juga bahan untuk melakukan advokasi, edukasi dan informasi kepada masyarakat agar dapat mencegah adanya stunting sejak dini yaitu dimulai dari pembinaan kepada remaja baik remaja putri maupun remaja putra sehingga pada saat mereka mempersiapkan diri untuk menjadi calon pengantin mereka benar-benar sudah siap baik dari segi fisik dan mental secara khusus dari kesehatan reproduksi.
” Kita melakukan pembinaan pendataan dimulai dari adanya pendataan kepada setiap remaja-remaja putri atau remaja putra yang akan melakukan pernikahan, calon calon pengantin itu kita data kemudian kita berikan pendekatan pembinaan pendampingan dan juga pada sampai tingkat pelaksanaan pernikahan itu kita dampingi baik kesiapan medisnya, pemeriksaan medis tetapi juga sampai di pihak agama atau KUA sehingga ada pembekalan untuk mempersiapkan diri memasuki usia perkawinan, kemudian setelah memasuki usia perkawinan, pasangan usia subur ini kemudian kita dampingi lagi, untuk memasuki pada usia kehamilan sehingga pada pasangan usia subur ini boleh benar-benar memasuki usia kehamilan yang sehat, mempersiapkan kehamilan yang sehat dengan memperhatikan kesehatan reproduksi baik putra maupun Putri” jelas Jeni Pendek, Rabu (15/12) di aula Aquarius Hotel Aimas.
” Betul-betul ada pendampingan karena stunting bukanlah suatu penyakit, namun sebuah kondisi gagal tumbuh dari seorang anak disebabkan karena berbagai faktor, salah satunya juga adalah faktor kesehatan reproduksi sangat mempengaruhi, apabila usia seorang remaja kandungannya belum siap untuk berproduksi maka itu akan mempengaruhi tumbuh kembang janin di dalam kandungan, kemudian juga faktor fisik atau kesehatan dari pada remaja perlu dipersiapkan sehingga apabila ada sakit ada ada keluhan sakit didalam tubuhnya bisa diatasi sedini mungkin dilakukan pengobatan sebelum mengalami kehamilan” tambah Jeni Pendek.
Meski data kasus stunting baru belum terlapor, namun dengan pelatihan atau orientasi ini diharapkan akan ada kolaborasi dengan dinas kesehatan maupun OPD teknis lainnya guna meningkatkan kesadaran dan upaya untuk menurunkan kasus stunting di Kabupaten Sorong.











